Biografi

H.E Choden Rinpoche

Kyabje Choden Rinpoche Losang Gyalten Jigdrel Wangchuk (arti harfiah. Ajaran dari Sang Penakluk yang penuh welas asih Losang, tak kenal takut, dengan penuh kejayaan), lahir pada tanggal 31 Mei 1931 (penanggalan Lunar) di daerah Rongpo, Kham, Tibet timur. Beliau adalah reinkarnasi dari garis silsilah Guru-Guru Choden, kepala Biara Rapten yang sangat bersejarah. Semua mulai dari kakek buyut, kakek, dan ayah Rinpoche adalah praktisi yang sangat hebat. Kakek buyut dan kakekNya adalah praktisi dari tradisi Kagyud dan ayahNya adalah praktisi tradisi Gelug. Semuanya adalah pemegang silsilah Lamrim.

Kyabje Choden Rinpoche lahir di keluarga pejabat setempat. Beliau memiliki delapan saudara laki-laki dan lima saudara perempuan. Pada umur 3 tahun Beliau dikenali sebagai reinkarnasi dari Choden Rinpoche sebelumnya yang merupakan salah satu kandidat reinkarnasi dari Dalai Lama ke-12. Berdasarkan penuturan Geshe Tseten Gelek dari Sera Je (asisten beliau), saudara laki-laki ke-3 Beliau (ketiga tertua), Geshe Thubten Yampil terkenal di kalangan setempat sebagai penyusun lebih dari 50 volume teks Buddha Dharma dan sebagai guru dari silsilah Kalacakra.

Berikutnya saudara laki-laki ke-2 tertua, dikabarkan mampu melafalkan kitab suci Buddha tanpa melihatnya. Kyabje Choden Rinpoche sendiri menunjukkan kemampuan yang serupa. Beliau mampu menghafal dengan cepat, mampu menguasai doa-doa dan berbagai kitab suci dengan usaha minim, yang biasanya perlu waktu lama.

Semasa kecil, Rinpoche juga bermain seperti anak-anak lainnya, meskipun beberapa permainannya tidak biasa. Rinpoche bermain dimana beliau sedang memberikan wejangan Dharma dan menunjukkan mudra tangan mengajar Dharma, sementara anak-anak lain dalam posisi mendengarkan meskipun tidak ada yang mengajari Rinpoche sebelumnya.

Demikian juga Rinpoche bermain dalam memberikan ramalan dan prediksi berdasarkan bintang lahir untuk menasehati para teman lainnya dalam apa yang harus dilakukan. Beliau juga bertindak seolah-olah sebagai dokter hebat dan meresepkan obat yang selalu digantungkan di tali pengikat di pinggang dalam bentuk pasir dalam kantong yang diberikan untuk penyembuhan penyakit.

Nama Dharma Rinpoche, Losang Gyalten Jigdrel Wangchuk diberikan langsung oleh Phabongkha Rinpoche, nama yang didapatkan dari dasar stupa Tsongkhapa di Biara Ganden, ketika Beliau berumur enam tahun. Kyabje Choden Rinpoche ditahbiskan dan menerima berbagai ajaran, termasuk menerima inisiasi tantra rahasia tertinggi ke dalam mandala Yamantaka dari Pabongkha Rinpoche, dan sejak saat itu seterusnya sampai akhir hidupnya, tidak pernah seharipun beliau melewatkan komitmen praktek sadhana panjang Yamantaka.

Tidak lama setelah dikenali sebagai reinkarnasi dari kepala biara Rongpo, yang merupakan Choden Rinpoche sebelumnya, pamannya mulai mengajari Rinpoche. Pada umur 15 tahun, beliau meninggalkan bangku sekolah lokal untuk pergi mendaftar ke Biara Sera, meskipun dalam kesulitan dan juga kekurangan. Disana Rinpoche berhasil sangat baik dalam studi dan meditasi, juga unggul dalam debat.

Kyabje Choden Rinpoche dikenal di kalangan teman-teman sebayanya sebagai orang yang menguasai lima cabang ilmu (ilmu pengobatan, logika, tata-bahasa, Buddha Dharma, dan seni kerajinan). Rinpoche dikenal sebagai pelajar yang luar biasa, seorang yogi, penuh kelembutan, baik dan penuh welas asih.

Rinpoche menceritakan (Majalah Mandala, edisi Juli/Agustus, 2000):

“Saya mengikuti kurikulum rutin di biara Sera, mempelajari masing-masing dari lima teks utama. Di bagian awal pelajaran, anda belajar pelajaran yang sama seperti para bhiksu lainnya, tetapi ketika pelajaran geshe dimulai, mereka memberikan lompatan kepada para tulku (reinkarnasi yang dikenali). Saya berada di kelas yang sama dengan Geshe Sopa Rinpoche, Geshe Ugyen Tseten dan Geshe Legden untuk dua sampai tiga tahun. Di biara Sera, program utamanya adalah filosofi, program geshe. Tetapi ada juga beberapa tempat pertapaan dimana “lamanya” memberikan pengajaran, dimana saya mengikuti banyak pengajaran disana. Guru-guru utama pada masa itu adalah Bari Rinpoche, Trijang Rinpoche dan Kyabje Ling Rinpoche (guru HH the Dalai Lama XIV).

Saya sangat menikmati pengajaran-pengajarannya, meskipun terkadang selama mengikuti pelajaran kurikulum utama di Sera, ketika anda sampai di bagian sangat penting dari teks yang dipelajari, anda tidak mendapatkan izin untuk mengikuti pengajaran lainnya.

Saya sangat menikmati sesi debat dan tidak terlalu buruk dalam hal itu. Saya belajar dengan beberapa pendebat terbaik di biara, seperti Geshe Loga dan Geshe Losang Wangchuk. Atas bimbingan mereka, saya mampu berdebat dengan sangat baik.

Yang dapat dianggap sebagai pendebat yang baik adalah orang yang ketika berdebat pada topik yang sudah ditentukan, dapat menunjukkan pandangan salah lawan debatnya. Anda dapat memperdebatkannya dengan kemampuan untuk menjelaskan mengapa pandangan mereka salah, menggunakan logika, penalaran, dan mengutip dari sumber kitab suci. Dengan cara anda berdebat, anda menunjukkan pandangan salah mereka dan mereka dapat mengakui sepenuhnya. Itu adalah ciri-ciri pendebat yang baik, yang mampu menyadarkan lawan debat akan kesalahannya dan membentuk dasar pemahaman yang benar melalui logika dan pemahaman kitab suci.

Dengan debat, anda membangkitkan suatu keyakinan yang sangat stabil mengenai apa yang anda pahami karena anda menggunakan logika, penalaran, dan mengutip dari sumber kitab suci. Ketika anda mampu melakukan itu, maka pehaman apa pun yang anda miliki sangat kokoh dalam batin anda, dan karenanya menjadi dasar untuk realisasi.”

bersambung…